Pada suatu hari, tatkala Sultan Kerajaan Banjar (Sultan Tahmidullah) mengadakan kunjungan ke kampung-kampung, hingga sampailah sang Sultan ke kampung Lok Gabang. Alangkah terkesimanya Sang Sultan manakala melihat lukisan yang indah dan menawan hatinya. Maka sang Sultan bertanya, siapakah pelukisnya, lalu ia mendapat jawaban bahwa Muhammad Arsyad adalah sang pelukis yang sedang dikaguminya. Mengetahui kecerdasan dan bakat sang pelukis, terbesitlah di hati sultan, sebuah keinginan untuk mengasuh dan mendidik Arsyad kecil di istana. Usia Arsyad sendiri ketika itu baru sekitar tujuh tahun.
Sultanpun mengutarakan keinginan hatinya kepada kedua orang tua Muhammad Arsyad. Pada mulanya Abdullah ayah dari Syekh Arsyad Al Banjari dan istrinya merasa enggan melepas anaknya tercinta. namun demi masa depan sang buah hati yang diharapkan menjadi anak yang berbakti kepada agama, negara dan orang tua, maka diterimalah tawaran sang sultan. Kepandaian Muhammad Arsyad dalam membawa diri, sifatnya yang rendah hati, kesederhanaan hidup serta keluhuran budi pekertinya menjadikan segenap warga istana sayang dan hormat kepadanya. Bahkan sultan pun memperlakukannya seperti anak kandung sendiri.
Durasi masa belajar di Mekah dan Madinah yang demikian lama serta banyaknya jumlah pelajaran dan jenis kitab dipelajari, dan kapabilitas ulama tempatnya berguru menjadikan Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari akhirnya menjadi seorang ulama besar tanah Jawa.
Sekitar tahun 1772 M Syekh Muhanmmad Arsyad Al Banjari minta ijin kepada guru-gurunya untuk kembali kekampung Halamannya Di Martapura Kalimantan Selatan. Untuk melakukan dakwah dan syiar islam. Dan sebelum kembali ke Kalimantan syekh Muhammad Arsyad sempat singgah dan bermalam di Jakarta di rumah salah seorang temannya Sewaktu belajar di Mekkah bahkan beliau sempat memberikan petunjuk Arah Qiblat Masjid Jembatan Lima jakarta . Setelah beberapa lama di Jakarta Beliau kembali ke Martapura untuk berdakwah.
Kepedulian Syekh Muhammad Arsyad Albanjari kepada Masyarakat Banjar yang hidup dibawah garis kemiskinan , membuat beliau berinisiatif bahwa dakwah tidak cukup hanya memberikan nasehat, mengajar saja Namun beliau coba mengangkat taraf hidup Masyarakat Banjar dengan melakukan Program Irigasi untuk meningkatkan hasil panen dan mengubah lahan-lahan yang non produktif menjadi lahan produktif. Dan Hasilnya pun cukup menggembirakan dan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat.
Selama 41 tahun Syekh Muhammad arsyad Al Banjari melakukan dakwah pada masyarakat Banjar dan berhasil mencetak murid-murid yang mampu meneruskan perjuangan dakwahnya , dan beliau juga sering mengirim murid-murid nya untuk Hijrah dan berdakwah di daerah yang masyarakatnya haus akan ilmu-ilmu agama. Disamping itu pula beliau banyak menulis kitab diantara karya-karya beliau adalah”
1. Tuhfah al-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu Riddah al-Murtaddin, karya pertama, diselesaikan tahun 1188 H./1774 M.
2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H./1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H./1780 M.
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar fi ‘Alamatil Mahdil Muntazhar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H./1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah
8. Ushul ad-Din
9. Kitab al-Faraid
10. Kitab Ilmu Falak
11. Hasyiyah Fathul Wahhab
12. Mushhaf al-Quran al-Karim
13. Fathur Rahman
14. Arkanu Ta’lim al-Shibyan
15. Bulugh al-Maram
16. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
17. Tuhfah al-Ahbab
18. Khuthbah Muthlaqah
Pada tahun 1807 M Syekh Muhammad Arsyad al banjari dipanggil Allah SWT dan beliau dimakamkan di Desa Kalampayan Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.
dikutip dari : Syachroni, http://ucash.in/29fafb0
di edit oleh :Akhmad Yani