Masing-masing bentuk sediaan obat memiliki kelebihan dan kekurangan. Cara penyimpanan dan masa kedaluwarsanya pun berbeda satu sama lain.
Si kecil demam? Ibu mungkin bingung mau memberi obat antidemam berbentuk tablet, kapsul, puyer, atau sirop. Pilihannya memang cukup bervariasi. Nah, untuk mengenal lebih dekat beragam jenis obat, ada baiknya menyimak penjelasan berikut ini.
PUYER
Obat puyer dibagi menjadi dua. Pertama, puyer yang dikemas dalam kemasan khusus oleh pabrik farmasi untuk orang dewasa, seperti puyer sakit kepala. Kedua, puyer yang merupakan campuran obat dengan dosis tertentu. Puyer dengan kemasan kertas ini umumnya diberikan untuk bayi dan anak.
Keuntungan bentuk sediaan obat ini di antaranya memudahkan dokter untuk memberikan dosis secara tepat. Khususnya untuk anak-anak yang umumnya membutuhkan dosis obat sangat kecil. Obat puyer dibuat dari bahan aktif berbentuk serbuk atau bisa juga merupakan hasil gerusan atau blenderan tablet. Hasilnya dapat ditimbang dengan timbangan khusus sesuai dosis yang diminta atau dibagi sama banyak. Dosis dihitung secara akurat berdasarkan berat badan dan umur anak.
Selain itu, puyer juga relatif lebih mudah diminum ketimbang obat lain seperti tablet atau kapsul. Orang tua tinggal mencampurnya dengan sedikit air di sendok, lalu langsung diminumkan atau menyedotnya dulu dengan pipet terus dimasukkan ke mulut anak.
Keuntungan lainnya, puyer lebih mudah diserap dan dialirkan pembuluh darah ke seluruh tubuh ketimbang tablet. Ini karena tubuh tidak perlu "memecah" (mendisintegrasi) puyer di lambung seperti halnya tablet, tapi langsung disolusi (dilarutkan) untuk kemudian diabsorpsikan dan disalurkan ke seluruh tubuh.
Berbeda dengan puyer kemasan khusus oleh pabrik yang bisa bertahan bertahun-tahun, puyer dalam kemasan kertas hanya aman dikonsumsi dalam hitungan hari atau paling lama satu bulan. Obat antibiotika berbentuk puyer, misalnya, sebaiknya dikonsumsi tidak lebih dari 7 hari, sedangkan obat penurun panas umumnya memiliki daya tahan hingga satu bulan.
Cara penyimpanan juga berpengaruh terhadap lamanya daya tahan obat. Puyer sebaiknya disimpan di dalam kotak plastik berwarna gelap hingga sinar matahari tidak bisa menembus langsung. Asal tahu saja, sinar matahari bisa merusak kandungan obat. Tambahkan juga silica gel (serbuk pengering) dalam kantung khusus agar kondisi udara lembab tidak sampai merusak obat. Simpan obat dalam kondisi sejuk (15-20 derajat Celcius). Hindarkan pula menyimpan obat puyer di dalam kulkas.
Selain melihat waktu kedaluwarsa, obat puyer juga sebaiknya tidak dipakai jika ada perubahan warna, misalnya, warna putih obat berubah menjadi kuning. Juga jangan digunakan jika obat itu disimpan lebih dari satu bulan.
OBAT CAIR/SIROP
Obat cair cocok untuk anak-anak. Selain mudah ditelan, orang tua bisa mengetahui takaran obat dengan tepat lewat sendok khusus yang tersedia. Namun, jangan sekali-kali menggantikan sendok takar dengan alat takar lain seperti sendok teh. Sebab, takaran yang kurang dapat memengaruhi efektivitas obat. Sebaliknya, takaran yang berlebihan bisa menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Kelebihan lainnya, obat ini juga mudah diserap tubuh. Obat langsung dibawa pembuluh darah ke seluruh tubuh. Cuma, harga obat cair relatif lebih mahal ketimbang tablet atau puyer. Daya simpannya pun relatif lebih pendek. Setelah segel tutup obat dibuka, maka obat cair paling banter aman digunakan sampai satu bulan. Bahkan, khusus obat cair antibiotika daya tahannya hanya sampai 7 hari. Pasalnya, obat antibiotika mudah tercemar jamur dan bakteri lain atau rusak jika obat tidak ditutup rapat.
Obat cair hendaknya disimpan di tempat yang sejuk, seperti di dalam kulkas. Sebab, obat ini umumnya mengandung gula hingga mudah tercemar jamur jika disimpan di sembarang tempat. Masa kedaluwarsa obat cair bisa diketahui dari perubahan warna dan bau. Obat batuk hitam, misalnya, akan mengeluarkan bau pesing (amoniak) jika sudah terkontaminasi bakteri dan jamur.
TABLET
Obat ini yang paling banyak ditemui di pasaran. Daya tahannya boleh dibilang cukup lama. Tablet parasetamol, misalnya, bisa disimpan dan aman digunakan hingga 5 tahun. Bandingkan dengan parasetamol puyer yang hanya bertahan satu bulan. Proses penyimpanannya lebih mudah ketimbang jenis obat lainnya. Harga obat ini pun relatif terjangkau. Obat batuk berbentuk tablet, misalnya, harganya lebih murah ketimbang obat batuk cair dengan komposisi yang sama. Besar kecilnya bentuk obat umumnya menunjukkan dosis dan kandungan. Semakin besar dosis semakin besar pula bentuk obat.
Cuma, obat ini tidak cocok untuk bayi dan anak batita awal lantaran mereka belum memiliki kemampuan menelan atau mengunyah obat. Disamping itu, rasa pahit dan baunya tidak enak. Tubuh memerlukan waktu beberapa menit untuk menghancurkan (disintegrasi) dan disolusi sebelum diabsorpsi/diserap dan disebarkan ke seluruh tubuh. Alhasil, proses penyerapannya lebih lama ketimbang obat cair dan puyer.
Beberapa obat jenis ini memakai pembungkus atau lapisan luar. Entah itu salut gula maupun lapisan film. "Bungkus" obat bukan tanpa tujuan. Tablet salut gula, misalnya, bertujuan untuk menutupi rasa obat yang superpahit. Bau tidak enak pun bisa hilang lewat pelapisan (coating) film.
Masa kedaluwarsa obat bisa didideteksi dari perubahan warna atau perubahan fisik (obat menjadi basah). Contohnya, obat tetrasiklin yang mulanya berwarna kuning muda, berubah menjadi cokelat saat teroksidasi udara. Jika itu terjadi, obat pun bisa berubah menjadi racun. Jangan lupa untuk memperhatikan masa kedaluwarsa yang tertera dalam kemasan. Sama halnya dengan puyer, simpan obat dalam kotak plastik berwarna gelap. Sertakan pula serbuk pengering agar terhindar dari uap air.
KAPSUL
Daya tahan obat ini kurang begitu baik lantaran lapisannya terbuat dari gelatin. Gelatin sangat mudah menarik air hingga menjadi basah. Obat jadi mudah terkontaminasi jamur dan bakteri. Tak heran, daya tahan kapsul hanya beberapa minggu atau bulan. Kondisi ini umumnya disiasati produsen obat dengan mengemas kapsul dalam plastik hingga bisa disimpan bertahun-tahun.
Kelebihan kapsul di antaranya tidak menimbulkan rasa pahit juga bau tidak enak. Bentuknya yang lonjong membuatnya mudah ditelan. Masa kedaluwarsa kapsul bisa dilihat dari beberapa hal, misalnya, dengan pengamatan secara fisik. Kapsul yang kedaluwarsa umumnya mengalami perlengketan. Masing-masing kapsul berhimpitan satu sama lain. Bisa juga dengan cara melihat warna obat yang ada di dalam salah satu kapsul. Jika warnanya berubah bisa dipastikan kapsul itu berbahaya jika dikonsumsi.
OBAT HIRUP/SEMPROT
Obat hirup umumnya berisi cairan yang bisa dikeluarkan lewat tekanan. Beberapa penyakit saluran pernapasan seperti asma sangat efektif diobati dengan obat hirup. Ini karena obat hirup langsung memperbaiki organ-organ yang mengalami gangguan. Waktu penyembuhannya pun lebih pendek. Penderita sesak napas, misalnya, bisa kembali bernapas lega dalam waktu beberapa menit bahkan detik setelah mengisap obat hirup. Bandingkan dengan obat tablet yang harus dihancurkan, dilarutkan, dan disebar ke seluruh tubuh sehingga gangguan sesak napas mungkin baru sembuh setelah berjam-jam minum obat.
Karena obat langsung mengenai target, dosis yang digunakan pun sangat kecil hingga efek sampingnya pun hampir tidak ada. Ini berbeda dengan obat tablet, puyer, kapsul, dan lain-lain dari bahan obat sejenis yang umumnya memiliki dosis besar sehingga kesehatan bisa terganggu jika obat-obatan itu dikonsumsi dalam jangka waktu lama.
Obat hirup dapat digunakan kapan pun begitu serangan penyakit datang. Berbeda dengan jenis obat lain yang harus dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Cuma, obat hirup umumnya relatif lebih mahal ketimbang obat lainnya. Disamping itu cara penggunaannya pun cukup rumit. Penggunaan yang salah membuat efektivitas obat tidak optimal.
Saeful Imam. Foto: Ferdi/NAKITA
Konsultan ahli:
DR. dr. Ernie H. Purwaningsih, MS,
dari Departemen Farmasi FKUI, Jakarta
dikutip dari :http://www.tabloid-nakita.com/Khasanah/khasanah07336-04.htm